Senin, 30 Mei 2011

Sleep Over

Sleep Over
Gita Adinda
Karet, Jakarta

Intersection

Intersection
Jessica
Balai Kartini, Jakarta

Di Balik Kemudi RTG Crane

Di Balik Kemudi RTG Crane
Wini Angraeni
Terminal Peti Kemas Tj. Priok, Jakarta

Ruang Kerja

Ruang Kerja
Deasy Aprilputri Natalia
Sunda Kelapa, Jakarta

Doa Tahun Baru

Doa Tahun Baru
Deasy Aprilputri Natalia
Klenteng Boen Tek Bio, Tangerang

Dewa-dewaan

Dewa-dewaan
Jessica
Pasar Baru, Jakarta

Doa dan Terbang

Doa dan Terbang
Gita Adinda
Lapangan BSD, Tangerang

Medina Birds

Medina Birds
Muhammad Kemal Putra
Medina

Koin Prihatin

Koin Prihatin
Jessica
Monas, Jakarta

49 Derajat

49 Derajat
Muhammad Kemal Putra
Kemayoran, Jakarta

Dibalik Kabut Asap Ku Bersantai

Dibalik Kabut Asap Ku Bersantai
Y. Denus. S
Muara Angke, Jakarta

The Man Who Can't be Moved

The Man Who Can't be Moved
Novianti Sisilia Sitio
Cilincing, Jakarta

Kampakan

 Kampakan
Susi Mohamad
Sawangan, Bogor

Rabu, 25 Mei 2011

Menyambut 2011

Menyambut 2011
Wini Angraeni
Bundaran HI, Jakarta

Refleksi Dan Repetisi

Refleksi Dan Repetisi
Eky Triwulan K
Alun-alun Jogja, Jogjakarta

Lingkar Kaki

Lingkar Kaki
Jessica
Monas, Jakarta

Lorong

Lorong
Eky Triwulan K
Cimanggi, Depok

Penunggu Hujan

Penunggu Hujan
Zulfikar Arief
Stasiun Kecil Jawa Tengah

Tetap Tersenyum

Tetap Tersenyum
Gita Adinda
Karet, Jakarta

Dayang - dayang

Dayang-dayang
Susi Mohamad
Puri Gianyar, Bali

Obama Pulang Kampung Neeh

Obama Pulang Kampung Neeh
Novianti Sisilia Sitio
Balairung UI, Depok

Garang

Garang
Jessica
GKI Gunung Sahari, Jakarta

Pandangan Restu

Pandangan Restu
Gita Adinda
Muara Angke, Jakarta

Cinta Terlarang

Cinta Terlarang
Eky Triwulan K
Cimanggis, Depok

Hari - Hari di Kampung Nelayan

Hari-hari di Kampung Nelayan
Rinaldi Primadya R
Cilincing, Jakarta


Tarik Bajaj

Tarik Bajaj
Jessica
Monas, Jakarta

Penunggu Hari Esok

Penunggu Hari Esok
Gita Adinda
Mangga Dua, Jakarta

Gelap Terang Kota

Gelap Terang Kota
Gita Adinda
Tanah Abang, Jakarta

Figura Para Pekerja

Figura Para Pekerja
Zulfikar Arief
St. Lempuyangan, Jawa Tengah

Rabu, 04 Mei 2011

Vice Versa

Vice Versa
Novianti Sisilia Sitio
Muara Angke, Jakarta

Pijakan Sementara

Pijakan Sementara 
Deasy Aprilputri Natalia
GFJA, Jakarta

Makerah

Makerah
Susi Mohamad
Pantai Lebih, Bali

Cerminan Esok Hari

Cerminan Esok Hari
 Adji Karlita Shavira
Muara Karang, Jakarta

Menerobos Bingkai

Menerobos Bingkai
Adji Karlita Shavira
Muara Karang, Jakarta

Refleksi Beragama

Refleksi Beragama
Zulfikar Arief
Pelabuhan Ratu, Sukabumi

Symmetry

Symmetry
Novianti Sisilia Sitio
Pantai Drini, Jogjakarta

Split UP

Split Up
Jessica
Stasiun Tj. Priok, Jakarta

Senin, 02 Mei 2011

Run Free

Run Free
Jessica
Stasiun Tj. Priok, Jakarta

Main-main

Main-main
Susi Mohamad
Sawangan, Bogor

Last Train Home

Last Train Home
Jessica
Stasiun Juanda, Jakarta

Perspektif Hidup

Perspektif Hidup
Assafa Prasodjo
Stasiun Bogor, Bogor

Gravity Box

Gravity Box
Jessica
Alun-alun Jogja, Jogjakarta

Lompatku Kerjaku

Lompatku Kerjaku
Arfianto Suryo Nugroho
Pelabuhan Merak, Banten

Tarian Rakyat

Tarian Rakyat
Rinaldi Primady R
Tulung Agung, Jawa Timur

Bermandikan Cahaya

Bermandikan Cahaya
Zulfikar Arief
Gedung SMESCO, Jakarta

World in Motion

World In Motion
Zulfikar Arief
Alun-alun Jogja, Jogjakarta

HTM 5000

HTM 5000
Eky Triwulan
Alun-alun Jogja, Jogjakarta

Kembali Ke Kit'ah



Menjalani hidup di tengah arus digitalisasi yang merambah ke dunia fotografi, yang menjanjikan sejuta kemudahan demi mendapatkan hasil foto terbaik dan kepuasan bagi fotografernya, seringkali membuat seseorang terlena dan masuk ke dalam arus euforia digital yang justru bisa jadi tanpa disadari membawanya kembali ke masa-masa awal fotografi baru ditemukan.

“Lihat dan jepret” yang selalu mewarnai canda ceria setiap orang yang bisa membeli dan mengoperasikan kamera digitalnya, mungkin bisa disamakan dengan kondisi saat pertama kamera diciptakan.

Konsep making pictures kembali menjadi tawar, dan taking pictures kembali membuat perbedaan besar diantara pelaku fotografi yang serius dan sekedar ikut-ikutan.

Bukan hal yang salah juga karena perkembangan jaman memang sudah terjadi dan itu memang harus, tetapi dengan diselenggarakannya workshop fotografi GFJA yang sudah mencapai Angkatan ke-XVI ini, para siswa setidaknya mendapatkan pembekalan yang memadai agar bisa menyikapi kemajuan dengan arif dan tak terjebak pada pen”dewa”an teknologi (gadget) lengkap dengan komputer ber-software canggih, sebagai alat bertuah yang mampu berbuat segalanya demi menghasilkan foto yang relatif bagus.

Saat untaian ribuan kata menjadi tak bermakna, fotografi diharapkan tampil sebagai katalisator yang dapat dipahami sebagai sebuah bahasa yang universal dan fotografer pembelajar yang memotret mengunakan kematangan berpikirnya akan tetap membuat perbedaan yang pada akhirnya akan membuktikan bahwa teknologi tak akan mampu mengendalikan pikiran manusia.

Mosista Pambudi
Pengajar Kelas Dasar

Masih Adakah Matahari?

Seberkas cahaya adalah pertanda kehidupan. Fotografi hadir karena keagungan kirana. Layaknya kerlap-kerlip benda-benda angkasa yang kita nikmati saat menatap cakrawala seraya terlentang menghadap dirgantara lepas. Menyimak detail kelinci di satelit kita bernama rembulan. Setiap kedipan di antara ketakjuban kita pada alam, senantiasa pikiran menyertakan persepsi keindahan malam di belantara angkasa raya. Menyantap pesona gulita dalam tata surya. Pada daya fantasi, karya-karya mereka terabadikan, bingkai demi bingkai. Imaji fotografi yang tengah kita nikmati saat ini.


Mereka, adalah putra-putri sang kala, peserta workshop GFJA angkatan XVI. Mereka sepakat memilih CARPE DIEM sebagai tajuk pameran. Periode sepanjang kegiatan pembelajaran etika dan jurnalisme di kelas serta latihan liputan lapangan menjadi basis dari workshop ini sejak didirikan pada 1994. Di sini mereka digodok untuk mengenal sesama peserta, menyimak paparan karya dari para senior, berlatih jurnalisme tulis serta bersaing meskipun mereka belajar secara kolegial. Maka atas kebersamaan sepanjang persiapan pameran, baik peserta kelas Dasar dan kelas Jurnalistik bergabung sehati untuk meraih hari ini dan sekarang membagi kesaksian dan pengalaman mereka untuk kita semua. 
Perjalanan cukup panjang dari pendidikan fotografi jurnalsitik GFJA sejauh ini sekaligus mengapresiasi upaya perdana Yudhi Soerjoatmodjo, serta para pembimbing setia GFJA, Hermanus Prihatna, Hidayat Gautama, Wahyu Purwadi, Roby Irsyad, Eddy Hasby, Rully Kesuma dan Mosista Pambudi. Serta tentunya para pengelola workshop alias “kepala sekolah”, Dodo Karundeng, Kasman Setiagama, Arief Sunarya, Rahmad Gunawan dan Ricky Adrian. Sifat workshop non-formal GFJA yang nirlaba tentulah hanya melibatkan mereka yang sungguh-sungguh berkomitmen pada blantika pendidikan fotografi jurnalistik kita. Untuk itu pula CARPE DIEM ada.


Pada abad visual ini, konten memori otak kecil setiap insannya menjadi bekal yang harus selalu terasah agar yang empunya kelak dapat mencipta karya dan bersaing dalam peradaban informasi. Tampaknya tidaklah salah mereka, baik peserta kelas Dasar dan Kelas Jurnalistik, memilih CARPE DIEM sebagai identitas mereka dalam kapasitas workshop GFJA yang mewakili angkatan XVI. Untuk itu mereka hadir sekarang.


Kenapa hanya hari ini? 

Barangkali karena hardikan CARPE DIEM membesut mereka untuk menaklukkan waktu-waktu sepanjang kini.

Lalu bagaimana besok?
Tak perlu risau, karena mereka-mereka adalah mentari hari esok fotografi kita. 

oscar motuloh
kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara