Kamis, 16 Juni 2011

Balada Kampung Kopi

Balada Kampung Kopi
Prayogi









Matahari belum lagi terik ketika serombongan pemuda bersepeda keluar dari kampung di Perem-patan Baru, Senen, Jakarta Pusat. Mereka adalah warga kampung yang berprofesi sebagai pedagang kopi keliling bersepeda.

Kurang lebih 500 orang pedagang kopi bersepeda berkumpul di tempat ini. Sebagian besar merupakan perantau asal Madura yang mengadu nasib bermodalkan tenaga. Untuk memulai usaha, mereka ngebon kepada seorang “bos”. Artinya, si “bos”memberikan modal awal secara cuma-cuma kepada mereka berupa sepeda, kopi, dan termos air. Modal yang diberikan ini lantas dicicil setiap bulannya hingga lunas. Dalam sehari, mereka bisa mengantongi keuntungan 20-50 ribu rupiah tergantung banyaknya pembeli.

Beruntung bagi mereka yang masih bujangan, “bos” memberikan tempat tinggal bersama secara gratis. Tentunya dengan syarat mereka harus membeli segala kebutuhan dagangan kopi kepada sang “bos“. Tempat tinggal bukan hanya satu-satunya masalah yang me-reka hadapi. Petugas Satpol PP kerap berusaha me-nertibkan mereka. Bermain kucing – kucingan dengan petugas merupakan jurus jitu untuk tetap bertahan dan berdagang. Jika sedang apes, mereka pun harus merelakan sepeda dan dagangannya tidak kembali karena diangkut sang petugas.

Kehidupan mereka ibarat kopi hitam yang pekat, namun keikhlasan dan syukur menjadi rasa manis seperti gula, gula yang dapat dinikmati sebagai pemanis kopi hitam seduhan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar