Kamis, 16 Juni 2011

Hanya untuk Menari

Hanya untuk Menari
Immanuel Antonius








Senja menghilang berganti dengan pekatnya langit malam. Serombongan wanita muda bergegas menuju ruang ganti kelab malam. Alunan musik disko meng-antar mereka memepersiapkan diri sebelum tampil menghibur para pengunjung.

Balutan busana serba minim adalah ‘seragam wajib’ mereka. Riasan make up tebal seolah menjadi topeng untuk menutupi raut kehidupan mereka. Canda dan tawa sesekali terdengar, terlepas keluar dari bibir tipis berlapis gincu.

Tepat pukul 00.00, para wanita itu keluar dari kamar ganti. Dengan penuh percaya diri, mereka menari di atas panggung mengikuti irama yang dimainkan sang DJ. Pengunjung nersorak riuh. Mereka sontak menjadi primadona di tengah kerlap-kerlip lampu diskotek. Tiga puluh menit tanpa jeda mereka bergerak bebas sambil melemparkan ekspresi nakal dan misterius, berusaha memuaskan mata para pengunjung.

Itulah para sexy dancer. Menari untuk berekspresi. Menari demi profesi. Sexy dancer akan menari dan terus menari, sampai raga tak sanggup lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar