Jumat, 17 Juni 2011

Peng!

Peng!
Oleh Ali Syahbana





 
 

Kami tidak akan berhenti hanya di sebatas doa. Kami juga tidak akan terpaku hanya karena keluh. Kelemahan kami sudah ada yang menguatkan. Kesabaran kami sudah ada yang memberikan balasan. Jadi untuk apa kami harus melempar asa?

Kami terbiasa menyambut duka dengan canda. Kami tertawa. Kami sudah pernah bertemu susah, ribuan kali. Kami tidak mundur, bahkan demi hari ini. Untuk apa bersedih? Demi air mata sendiri?

Sejak Maret 2005, salah satu dari kami terbaring lemah. Walau hanya untuk duduk, duh, susah. Harus beradaptasi dengan kursi roda. Harus rela dengan tindihan beban di dada. Tapi kami tidak pincang, masih bisa berjuang. Dan akan terus bertahan bersama putra kami yang empat orang. Multiple sclerosis memang sedang menyerang saraf pusat. Tapi kami tidak sakit, hanya sejenak beristirahat.

Tidak ada penyakit yang menyengsarakan, ketika kelapang-an hati yang menular. Tidak ada sengsara yang menyakitkan, ketika ketabahan yang disebar.

Keyakinan kami mendahului kenyataan. Kenyataan yang kami yakini melahirkan kekuatan. Kekuatan inilah yang kami gunakan untuk bertahan. Kami dihujani harapan yang belum pernah muncul sebelumnya. Kondisi ini membuat kami menjalani peran baru secara istimewa. Sebuah kesadaran tentang arti sesungguhnya kelemahan dan kelebihan manusia.

Di sini, di dalam kamar yang kami sebut sebagai gua, kami tidak bersembunyi. Kami tetap mengamati. Mengikuti. Juga menikmati. Kami tetap bekerja. Berkarya. Juga berdoa.

Dan untuk semua peran ini, hanya kepada-Mu kami bersyukur.

Pepeng dan Tami.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar